BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Latar belakang dibuatnya paper geologi tentang geomorfologi ini adalah agar para mahasiwa labih mengenal tentang bentang alam maupun bentuk lahan dan proses-proses yang bekerja serta hasilnya di bagian permukaan bumi ini dan jenis-jenis bentang alam yang mungkin sebelumnya para mahasiswa masih belum mengenal lebih dalam tentang macam-macam bentang alam.
Dan tak ketinggalan pengetahuan tentang geomorfologi akan sangat di butuhkan untuk masa kedepannya saat mengikuti mata kuliah supaya lebih mengerti dan paham.
1.2 MAKSUD DAN TUJUAN
Maksud dan tujuan dibuatnya paper ini tak lebih adalah bermaksud untuk menambah wawasan mahasiswa tentang geomorfologi, dan tujuan di buatnya paper agar paper ini kedepanya dapat berfungsi dengan baik untuk menambah suatu referensi dan pengetahuan di fakultas teknik Geologi.
1.3 RUANG LINGKUP
Pembahasan dan isi dari paper ini adalah ruang lingkup spasial karena artikel dan pembahasan yang digunakan memiliki suatu wilayah yang sempit dan tidak luas(substansial), tepatnya bentang alam vulkanik di gunung merapi di Yogyakarta tepatnya di magelang.
BAB II
ARTIKEL
2.1 GEMPA VULKANIK DAN HUJAN ES DI GUNUNG MERAPI
Pukul 04.10 wib pada hari Minggu, (7/3) telah terjadi goncangan di lereng gunung Merapi. sampai jam 16.30 wib saya dan kawan-kawan belum dapat mengetahui apapun mengenai goncangan tersebut. Saat kejadian, saya bersama kawan-kawan sedang tidur di tenda. kami ada dilereng Merapi sebelum pos II. Hanya ada satu orang yang jaga, tapi dia ragu apakah itu gempa atau hanya halusinasi karena dingin yang teramat sangat. Kepastian baru didapat saat kami sampai di Base camp New Selo. Setelah diverifikasi ke penjaga warung di New Selo, barulah didapat informasi bahwa goncangan subuh minggu itu adalah gempa Vulkanik. Ibu penjaga warung menceritakan, menurut beberapa pendaki yang turun gunung jam 6 pagi, gempa vulkanik tersebut menyebabkan robohnya “batu garuda” hampir seluruhnya. (*Batu Garuda adalah titik tertinggi di Gunung Merapi, batu ini menyerupai burung garuda. pada gempa jogja 2006, kepala “batu garuda” roboh, namun masih menyisakan sebagian besar bagiannya)
Diwaktu yang lain, telah terjadi Hujan deras disertai guguran Es pada hari minggu, jam 2 siang (7/3) di sekitar lereng gunung merapi. Saat kejadian, saya dan kawan-kawan sedang menuruni lereng merapi untuk kembali ke base camp New Selo. Hujan deras disertai guguran Es terjadi dilereng merapi dengan ketinggian sekitar 1800m-2500m. Hujan berlangsung lebih dari 3 jam. butiran es yang jatuh berukuran sebesar biji jagung muda. Tidak diketahui penyebab terjadinya guguran Es ini. Namun yang pasti, suhu waktu kejadian sangat dingin. Hujan deras menyebabkan Jalur selo rawan untuk didaki. Batu-batu menjadi licin, tanah dan batu lepasan menjadi mudah longsor. Ini peringatan bagi para pendaki untuk berhati-hati.
Dilaporkan sesuai fakta yang diperoleh pada tanggal 7 Maret 2010
JOGJA, 8 Maret 2010
Sumber: kompasania.com
2.2 MATERIAL ABU VULKANIK DAN BAHAYANYA
Abu vulkanik, sering juga disebut pasir vulkanik atau jatuhan piroklastik adalah bahan material vulkanik jatuhan yang disemburkan ke udara saat terjadi suatu letusan, terdiri dari batuan berukuran besar sampai berukuran halus. Batuan yang berukuran besar (bongkah-kerikil) biasanya jatuh di sekitar kawah sampai dengan radius 5-7 km dari kawah, dan yang berukuran halus dapat jatuh pada jarak mencapai ratusan km bahkan ribuan km dari kawah karena dapat terpengaruh oleh adanya hembusan angin. Seperti letusan Gunung Galunggung pada tahun 1982 yang abunya mencapai Australia.
Selain awan panas yg mematikan pada saat gunung berapi erupsi, abu vulkanik juga sangat berbahaya bagi kesehatan. Abu yang terbentuk selama letusan gunung berapi ini terdiri dari fragmen batuan halus, mineral, dan kaca dengan karakter keras, kasar, korosif, dan tidak larut dalam air. Partikel abu sangat kecil sehingga mudah tertiup angin hingga ribuan kilometer.
Seperti dikutip dari laman volcanoes.usgs.gov, partikel mikroskopis abu vulkanik bisa mudah terhirup ke dalam paru-paru dan menimbulkan masalah pernapasan. Itulah yang menyebabkan pentingnya menggunakan masker penutup hidung dan mulut saat berada di lokasi hujan abu vulkanik. Terlebih penderita brinkhitis, emfisema dan asma disarankan mengurangi aktifitas di luar ruang karena paparan abu vulkanik bisa memperparah kesehatan.
Partikel abu vulkanik yang kasar juga dapat membuat mata terasa tidak nyaman, bahkan memicu iritasi terutama mereka yang menggunakan lensa kontak. Dan disarankan bagi yang berada di sekitar lingkungan hujan abu bulkanik untuk tidak sembarangan menggosok mata meski terasa sakit, gatal dan merah karena dikhawatirkan akan memicu goresan partikel abu di kornea. Dan kasus terparah adalah terjadinya peradangan pada kantung conjuctival yang mengelilingi bola mata sehingga mata menjadi merah, terasa seperti terbakar dan sensitif terhadap cahaya.
Sumber: kompasania.com
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 PENGERTIAN GUNUNG BERAPI
Gunung berapi atau gunung api secara umum adalah istilah yang dapat didefinisikan sebagai suatu sistem saluran fluida panas (batuan dalam wujud cair atau lava) yang memanjang dari kedalaman sekitar 10 km di bawah permukaan bumi sampai ke permukaan bumi, termasuk endapan hasil akumulasi material yang dikeluarkan pada saat meletus.
Lebih lanjut, istilah gunung api ini juga dipakai untuk menamai fenomena pembentukan ice volcanoes atau gunung api es dan mud volcanoes atau gunung api lumpur. Gunung api es biasa terjadi di daerah yang mempunyai musim dingin bersalju, sedangkan gunung api lumpur dapat kita lihat di daerah Kuwu, Grobogan, Jawa Tengah yang populer sebagai Bledug Kuwu.
Gunung berapi terdapat di seluruh dunia, tetapi lokasi gunung berapi yang paling dikenali adalah gunung berapi yang berada di sepanjang busur Cincin Api Pasifik (Pacific Ring of Fire). Busur Cincin Api Pasifik merupakan garis bergeseknya antara dua lempengan tektonik.
Gunung berapi terdapat dalam beberapa bentuk sepanjang masa hidupnya. Gunung berapi yang aktif mungkin berubah menjadi separuh aktif, istirahat, sebelum akhirnya menjadi tidak aktif atau mati. Bagaimanapun gunung berapi mampu istirahat dalam waktu 610 tahun sebelum berubah menjadi aktif kembali. Oleh itu, sulit untuk menentukan keadaan sebenarnya daripada suatu gunung berapi itu, apakah gunung berapi itu berada dalam keadaan istirahat atau telah mati.
Apabila gunung berapi meletus, magma yang terkandung di dalam kamar magmar di bawah gunung berapi meletus keluar sebagai lahar atau lava. Selain daripada aliran lava, kehancuran oleh gunung berapi disebabkan melalui berbagai cara seperti berikut:
· Aliran lava.
- Letusan gunung berapi.
- Aliran lumpur.
- Abu.
- Kebakaran hutan.
- Gas beracun.
- Gelombang tsunami.
- Gempa bumi.
3.2 BENTANG ALAM VULKANIK
Bentang alam vulkanik adalah bentang alam yang pembentukannya dikontrol oleh proses keluarnya magma dari dalam bumi Bentang alam volkanik umumnya dihubungkan dengan gerak tektonik, gunungapi-gunungapi sebagian besar dijumpai di depan zona penunjaman (subduction zone).
Vulkanisme ada tiga macam yaitu :……………………………………….
1. Vulkanisme letusan : dikontrol oleh magma yang bersifat asam, banyak gas, sifat magma kental, ledakan kuat, dan biasanya menghasilkan material piroklastik dan membentuk gunung api yang terjal
2. Vulkanisme lelehan : dikontrol oleh lava basa, sedikit kandungan gas, magma encer, ledakan lemah dan vulkanisme ini biasanya menghasilkan gunung api rendah dan berbentuk perisai.
3. Vulkanisme campuran : dikontrol oleh magma menengah dan biasanya menghasilkan gunung api strato.
3.3 GEOLOGI GUNUNG MERAPI
Gunung Merapi adalah gunung termuda dalam rangkaian gunung berapi yang mengarah ke selatan dari Gunung Ungaran. Gunung ini terbentuk karena aktivitas di zona subduksi Lempeng Indo-Australia yang bergerak ke bawah Lempeng Eurasia menyebabkan munculnya aktivitas vulkanik di sepanjang bagian tengah Pulau Jawa. Puncak yang sekarang ini tidak ditumbuhi vegetasi karena aktivitas vulkanik tinggi. Puncak ini tumbuh di sisi barat daya puncak Gunung Batulawang yang lebih tua.
Proses pembentukan Gunung Merapi telah dipelajari dan dipublikasi sejak 1989 dan seterusnya. Berthomier, seorang sarjana Prancis, membagi perkembangan Merapi dalam empat tahap. Tahap pertama adalah Pra-Merapi (sampai 400.000 tahun yang lalu), yaitu Gunung Bibi yang bagiannya masih dapat dilihat di sisi timur puncak Merapi. Tahap Merapi Tua terjadi ketika Merapi mulai terbentuk namun belum berbentuk kerucut (60.000 - 8000 tahun lalu). Sisa-sisa tahap ini adalah Bukit Turgo dan Bukit Plawangan di bagian selatan, yang terbentuk dari lava basaltik. Selanjutnya adalah Merapi Pertengahan (8000 - 2000 tahun lalu), ditandai dengan terbentuknya puncak-puncak tinggi, seperti Bukit Gajahmungkur dan Batulawang, yang tersusun dari lava andesit. Proses pembentukan pada masa ini ditandai dengan aliran lava, breksiasi lava, dan awan panas. Aktivitas Merapi telah bersifat letusan efusif (lelehan) dan eksplosif. Diperkirakan juga terjadi letusan eksplosif dengan runtuhan material ke arah barat yang meninggalkan morfologi tapal kuda dengan panjang 7 km, lebar 1-2 km dengan beberapa bukit di lereng barat. Kawah Pasarbubar (atau Pasarbubrah) diperkirakan terbentuk pada masa ini. Puncak Merapi yang sekarang, Puncak Anyar, baru mulai terbentuk sekitar 2000 tahun yang lalu.
Dalam perkembangannya, diketahui terjadi beberapa kali letusan eksplosif dengan VEI 4 berdasarkan pengamatan lapisan tefra.
Karakteristik letusan sejak 1953 adalah desakan lava ke puncak kawah disertai dengan keruntuhan kubah lava secara periodik dan pembentukan awan panas (nuée ardente) yang dapat meluncur di lereng gunung atau vertikal ke atas. Letusan tipe Merapi ini secara umum tidak mengeluarkan suara ledakan tetapi desisan. Kubah puncak yang ada sampai 2010 adalah hasil proses yang berlangsung sejak letusan gas 1969.
Pakar geologi pada tahun 2006 mendeteksi adanya ruang raksasa di bawah Merapi berisi material seperti lumpur yang secara "signifikan menghambat gelombang getaran gempa bumi". Para ilmuwan memperkirakan material itu adalah magma. Kantung magma ini merupakan bagian dari formasi yang terbentuk akibat menghunjamnya Lempeng Indo-Australia ke bawah Lempeng Eurasia.
Letusan-letusan kecil terjadi tiap 2-3 tahun, dan yang lebih besar sekitar 10-15 tahun sekali. Letusan-letusan Merapi yang dampaknya besar tercatat di tahun 1006 (dugaan), 1786, 1822, 1872, dan 1930. Letusan pada tahun 1006 membuat seluruh bagian tengah Pulau Jawa diselubungi abu, berdasarkan pengamatan timbunan debu vulkanik. Ahli geologi Belanda, van Bemmelen, berteori bahwa letusan tersebut menyebabkan pusat Kerajaan Medang (Mataram Kuno) harus berpindah ke Jawa Timur. Letusan pada tahun 1872 dianggap sebagai letusan terkuat dalam catatan geologi modern dengan skala VEI mencapai 3 sampai 4. Letusan terbaru, 2010, diperkirakan juga memiliki kekuatan yang mendekati atau sama. Letusan tahun 1930, yang menghancurkan tiga belas desa dan menewaskan 1400 orang, merupakan letusan dengan catatan korban terbesar hingga sekarang.
Letusan bulan November 1994 menyebabkan luncuran awan panas ke bawah hingga menjangkau beberapa desa dan memakan korban 60 jiwa manusia. Letusan 19 Juli 1998 cukup besar namun mengarah ke atas sehingga tidak memakan korban jiwa. Catatan letusan terakhir gunung ini adalah pada tahun 2001-2003 berupa aktivitas tinggi yang berlangsung terus-menerus. Pada tahun 2006 Gunung Merapi kembali beraktivitas tinggi dan sempat menelan dua nyawa sukarelawan di kawasan Kaliadem karena terkena terjangan awan panas. Rangkaian letusan pada bulan Oktober dan November 2010 dievaluasi sebagai yang terbesar sejak letusan 1872 dan memakan korban nyawa 273 orang (per 17 November 2010), meskipun telah diberlakukan pengamatan yang intensif dan persiapan manajemen pengungsian. Letusan 2010 juga teramati sebagai penyimpangan dari letusan "tipe Merapi" karena bersifat eksplosif disertai suara ledakan dan gemuruh yang terdengar hingga jarak 20-30 km.
Gunung ini dimonitor non-stop oleh Pusat Pengamatan Gunung Merapi di Kota Yogyakarta, dibantu dengan berbagai instrumen geofisika telemetri di sekitar puncak gunung serta sejumlah pos pengamatan visual dan pencatat kegempaan di Ngepos (Srumbung), Babadan, dan Kaliuran
Intensitas dari aktivitas vulkanik Gunung Merapi cenderung meningkat selama satu pekan terakhir terhitung sejak 11 November hingga 16 November 2010.
Kegiatan vulkanik Gunung Merapi sejak 11 November hingga 16 November justru meningkat," kata Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Surono usai melakukan 'teleconference' dengan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dari Posko Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Yogyakarta.
Berdasarkan data hasil pemantauan aktivitas seismik Gunung Merapi, aktivitas vulkanik pada 1 November tercatat sebanyak 1 kali, 12 November menjadi enam kali, 13 November menjadi 26 kali, 14 November menjadi 31 kali, 15 November menjadi 34 kali, dan pada 16 November hingga pukul 12.00 WIB tercatat sebanyak 20 kali gempa vulkanik.
Letusan dan abu material vulkanik tersebut justru lebih sering mengarah ke arah barat sehingga abu vulkanik hasil letusan Gunung Merapi sering terjadi di Magelang dan sekitarnya.
Saat ini di puncak Gunung Merapi terdapat satu lubang letusan yang cukup besar dan tiga lubang letusan berukuran lebih kecil. Dengan lubang letusan tersebut, pada malam hari akan terlihat tiga titik api diam di puncak Gunung Merapi, Lubang letusan di puncak gunung tersebut, lanjut Surono, justru hal yang positif karena gunung tersebut dapat melepaskan energi yang tersimpan sedikit demi sedikit.
Sampai saat ini status Gunung Merapi masih ditetapkan sebagai "awas" atau level tertinggi meskipun ada pengurangan radius bahaya di sejumlah kabupaten di sekitar Gunung Merapi.
Namun demikian, radius rawan bahaya tersebut bukan diartikan bahwa penduduk dipersilakan untuk mendekat ke batas radius baru yang ditetapkan.
Penduduk tidak direkomendasikan mendekat ke radius 10 kilometer untuk Boyolali dan Klaten, atau 15 kilometer untuk Magelang, tetapi rekomendasi tersebut didasarkan pada jarak luncur terjauh dari awan panas yang menjadi ancaman utama letusan Gunung Merapi,
Berdasarkan pemantauan di lapangan, luncuran awan panas di sungai yang berada di Sleman seperti Kali Boyong mencapai jarak 10 km, Kali Kuning tujuh kilometer, Kali Gendol 14 km, sedang di Kali Apu yang berada di Boyolali jarak luncur adalah empat kilometer, dan Kali Woro di Klaten dengan jarak tujuh kilometer.
Oleh karena itu, pengurangan radius rawan bencana tersebut tidak lantas diartikan sebagai upaya untuk menurunkan status Gunung Merapi menjadi "siaga".
Menurunkan status bukan hal yang mudah karena ada kekhawatiran bahwa masyarakat menjadi lengah dan melupakan ancaman bahaya Gunung Merapi.
PVMBG juga menerima bantuan dari sejumlah ahli vulkanologi dari negara asing seperti Jepang, Amerika Serikat (AS) dan mendapat permintaan dari China untuk pemantauan aktivitas Gunung Merapi.
Di Jepang, pemantauan gunung berapi dilakukan dengan membuat semacam terowongan di dalam gunung untuk mengetahui secara pasti aktivitas gunung, saran ini bisa diusulkan untuk proses pemantauan ke depan.
BAB IV
PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
Geomorfologi didifinisikan sebagai salah satu cabang ilmu kebumian yang mempelajari dan menggambarkan bentuklahan (landform), berikut perkembangan serta proses yang melibatkannya dalam susunan ruang dan waktu.
Bentang alam vulkanik adalah bentang alam yang pembentukannya dikontrol oleh proses keluarnya magma dari dalam bumi Bentang alam volkanik umumnya dihubungkan dengan gerak tektonik, gunungapi-gunungapi sebagian besar dijumpai di depan zona penunjaman (subduction zone).
Intensitas dari aktivitas vulkanik Gunung Merapi cenderung meningkat, sampai saat ini status Gunung Merapi masih ditetapkan sebagai "awas" atau level tertinggi meskipun ada pengurangan radius bahaya di sejumlah kabupaten di sekitar Gunung Merapi.
4.2 SARAN
· Lebih memperhatikan saat persentasi praktikum agar lebih mengerti dan paham
· Lebih teliti saat mencari data-data yang dibutuhkan dalam pembuatan paper
· Lebih semangat dalam praktikum dan mengerjakan tugas!